Dalam konteks kesejahteraan di pedesaan, mindset kesejahteraan menjadi salah satu elemen yang sangat penting. Mindset ini merujuk pada cara berpikir yang positif dan produktif, yang memungkinkan masyarakat pedesaan untuk melihat potensi dan peluang di sekitar mereka. Dengan mengadopsi mindset yang tepat, individu dan komunitas dapat lebih aktif dalam meningkatkan kualitas hidup, baik secara finansial maupun non finansial.
Mindset kesejahteraan desa bukan hanya tentang perbaikan materi, melainkan juga mencakup pengembangan kapasitas individu dan kolektif untuk berkontribusi pada perubahan yang lebih baik.
Mindset ini berfungsi sebagai pendorong untuk terlibat dalam mendorong keberlanjutan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan.
Akhir akhir ini, masyarakat desa sering kali terjebak dalam pola pikir negatif, yaitu pola pikir hidup konsumtif dan gaya hidup. Disisi lain mereka membatasi kemampuan mereka untuk berinovasi dan produksi.
Oleh karena itu, penting untuk mengubah cara berpikir ini agar individu merasa berdaya dan terlibat dalam proses peningkatan kualitas hidup mandiri.
Jauh sebelum era kapitalisme oligarki meracuni kesejahteraan orang desa, mereka hidupnya lebih tenteram dan guyub. Kehidupannya sangat mandiri dan produktif. Mereka dapat membiayai kebutuhannya tanpa tergantung sepenuhnya ke pihak eksternal.
Komunitas masayarakat desa dengan pola mandiri dan guyub cenderung lebih resilient dan mampu menghadapi tantangan yang ada, beradaptasi dengan perubahan, serta menciptakan solusi yang inovatif untuk permasalahan setempat.
Melalui perubahan pola pikir ini, harapan untuk mencapai kesejahteraan yang diinginkan dapat menjadi lebih realistis dan terjangkau.
Mindset Produktif Bukan Konsumtif
Masyarakat desa memiliki mindset produktif, hal ini bisa dibuktikan dari diversivikasi pekerjaan yang hiterogen sehingga sumber penghasilannya banyak.
Orang desa selain bertani, mereka juga bekerja sesuai skillnya misalnya mencangkul dan bedagang. Di samping itu, masyarakat desa juga piara ternak sapi, kambing atau ayam sebagai investasi hidupnya. Jadi, satu orang memiliki 3 profesi.
Aktivitas di atas, sesuai dengan teori diversifikasi sumber penghasilan yang menekankan untuk memiliki sumber penghasilan lebih dari satu agar saat satu penghasilan macet ada penghasilan lain yang mengalir.
Ibarat keranjang yang diisi telur semua kalau jatuh akan pecah semua. Tetapi kalau diisi telur, korek, dan pisau, maka yang pecah hanya telur yang lain utuh.
Mindset produktif ini bisa dilihat dari cara mereka melakukan investasi. Orang desa lebih suka mengumpulkan aset dalam bentuk emas, kebun, dan sapi dari pada uang tunai. Orang desa paham kalau dalam bentuk uang maka uang nilainya akan terus turun seiring dengan inflasi. Begitu juga uang tunai lebih gampang tergoda untuk dibelanjakan.
Dalam bahasa investasi, piara sapi disebut investasi, ketika sapi sudah besar disebut capital gain, dan saat sapi beranak pinak maka disebut dividen. Bagaimana, keren kan?
Mindset produktif yang menjadi tradisi hidup pedesaan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya usaha dan keahlian untuk mengelola sumber daya lokal secara produktif dan efisien.
Mindset Efisiensi
Mindset efisiensi orang desa terlihat dari cara hidupnya yang sederhana tapi luar biasa. Seorang kakek di desa dengan pakaian sederhana dan rokok oepet, mampu membuat rumah dan membelikan cucunya motor. Ia mengumpulkan aset dari tabungannya, investasi emas, sapi, dan pohon yang ditanam mulai dari dahulu.
Kisah di atas bandingkan dengan anak muda zaman sekarang yang kece tapi kere. Walaupun fashionnya branded dan rokoknya surya 12 tetapi sangat kesulitan untuk memiliki rumah sendiri karena terlalu menghamburkan uang untuk menaikkan rasa percaya diri mereka bukan masa depannya.
Orang desa walaupun penghasilannya kecil, tetapi pengeluarannya juga kecil. Mereka tahu bagaimana cara hidup sederhana dan melakukan efisiensi dalam keberlanjutan hidupnya.
Membangun kemandirian masyarakat pedesaan adalah langkah krusial menuju kesejahteraan desa yang berkelanjutan. Strategi praktis yang dapat diterapkan untuk memperkuat kemandirian ini adalah melalui mindset efisien dan hidup sederhana.
Mindset efisiensi ini dapat dilihat dari masyarakat desa mengatur konsumsi hidupnya. Untuk kebutuhan dapur biasanya masyarakat desa cukup keluar ke pekarangan rumah untuk mengambil daun kelor, terong, tomat, cabe dan sayur lainnya yang bisa dijadikan lauk sarapan. Makanannya sangat sederhana tetapi bergizi, fresh dan nikmat.
Aktivitas tersebut dapat membuat efisien dalam belanja kebutuhan dapur karena tidak harus ke pasar. Efisiensi ini membuat kita bisa menyisihkan keuangan untuk ditabung dan diinvestasikan.
Secara seserhana buat apa punyak gaji tinggi tetapi tidak dapat menyisihkan untuk tabungan dan investasi. Lebih baik orang desa dengan pendapatan kecil tetapi mampu menyisihkan untuk tabungan dan investasi dengan cara hidup seserhana dan efisien dalam konsumsi.
Dengan hidup sederhana, diharapkan kemandirian dapat tumbuh dan mengarah pada pengembangan masyarakat pedesaan yang lebih sejahtera.
Mindset Gotong Royong
Mindset gotong royong adalah suatu konsep yang telah ada dalam budaya Indonesia selama bertahun-tahun. Ini mencerminkan nilai-nilai kerjasama dan saling membantu dalam masyarakat. Dengan mengadopsi pola pikir ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih kuat dan saling mendukung.
Gotong ini dapat meningkatkan solidaritas di antara anggota masyarakat. Ketika orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama, rasa kebersamaan dan kepercayaan satu sama lain akan tumbuh.
Selain itu, pola pikir gotong royong juga mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, seperti membersihkan lingkungan atau membantu tetangga yang membutuhkan. Dengan berkontribusi secara langsung, individu tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Pola pikir gotong royong memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang produktif dan pola hidup efisien secara berkelanjutan. Dengan menanamkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup kita sendiri tetapi juga menciptakan dampak positif bagi orang lain.
Penerapan mindset produktif, efisien, dan gotong royong di desa-desa, maka secara otomatis mengendlikan ego, gengsi, dan selera tinggi yang semuanya sangat mahal. Sehingg akan memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Salah satu aspek penting dari mindset di atas adalah memberdayakan masyarakat untuk mengambil kontrol atas perekonomian mereka, yang pada gilirannya, dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Ketika masyarakat desa mampu mengelola sumber daya mereka secara mandiri, mereka dapat mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal dan menciptakan ekonomi yang lebih stabil.
Dalam kesejahteraan sosial, Dengan membangun komunitas yang kuat dan saling mendukung, individu akan merasakan peningkatan kualitas hidup yang signifikan. Masyarakat yang mandiri cenderung lebih aktif dalam partisipasi sosial, yang menciptakan solidaritas dan kohesi di dalam komunitas. Hal ini penting karena lingkungan sosial yang sehat dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan pribadi setiap anggotanya.
Di sisi ekologi, memungkinkan desa untuk lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya alam. Praktik keberlanjutan dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menciptakan ekosistem yang seimbang dan melestarikan sumber daya untuk generasi mendatang.
* Hasil observasi pola hidup masyarakat Desa Gapura Timur tahun 1990 an