Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Ekonomi Lokal: Tantangan Pemuda NU

Moh. Luthfi
7 Min Read

Berdasarkan data Kementerian UMKM dan Koperasi tahun 2019, tingkat kewirausahaan di Indonesia sebesar 3,1%. Angka ini menunjukkan peluang yang besar untuk pengembangan usaha berwirausaha, sementara peluang yang belum tergarap mencapai 96,9%.

Peluang besar ini seharusnya menjadi fokus bagi pemuda yang tergabung dalam NU. Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi, yaitu periode antara tahun 2020 hingga 2030, di mana populasi usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar daripada populasi usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun), dengan komposisi mencapai sekitar 70%.

Namun, untuk memanfaatkan bonus demografi ini dengan optimal, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jika tidak ada upaya optimalisasi, risiko pengangguran di kalangan usia produktif sebesar 70% akan meningkat.

NU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki anggota terbesar dengan proporsi sekitar 39,5% dari total populasi Muslim Indonesia, seperti yang tercatat dalam survei Alvara Research Center pada tahun 2019.

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar dari bonus demografi Indonesia berasal dari kalangan pemuda NU. Untuk itu, sangat penting untuk memperkuat perekonomian kaum milenial NU agar tidak hanya bergantung pada pemilik modal.

Dalam konteks ekonomi global, ada tiga sektor strategis yang menjadi prioritas bagi negara maju di masa depan, yaitu sektor pertanian, kelautan, dan energi (Migas). Semua sektor ekonomi strategis ini berlokasi di pedesaan, yang merupakan basis NU.

Oleh karena itu, generasi muda NU harus mampu meningkatkan produktivitas di sektor pertanian, memajukan sektor kelautan, dan mengelola sumber daya energi (Migas) agar dimiliki oleh warga pribumi.

Selain itu, sebagian besar usaha yang dijalankan oleh orang NU adalah di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yang perlu ditingkatkan karena UMKM telah terbukti menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis ekonomi tahun 1997, krisis keuangan global tahun 2008, dan pandemi COVID-19, terutama ketika bisnis berbasis digital.

Ekosistem ekonomi pertanian dapat diilustrasikan dengan contoh di Kecamatan Gapura di daerah timur. Di sana, orang tua secara tradisional melakukan berbagai aktivitas yang memiliki nilai ekonomis dan budaya yang tinggi.

Sayangnya, kurangnya inovasi dan kreativitas generasi muda atau kaum milenial mengancam kelangsungan ekosistem ekonomi pertanian tersebut. Oleh karena itu, pemuda NU perlu memainkan peran penting dengan menghadirkan inovasi yang lebih efisien dan produktif untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan global.

Indonesia memiliki keunggulan tak tertandingi dalam sektor kelautan karena kekayaan sumber daya lautnya yang menjadi yang terbesar di dunia. Dari laut, kita bisa memproduksi garam, ikan laut, objek wisata, dan lainnya. Kekayaan ini harus dioptimalkan oleh pemuda NU sebagai upaya transformasi inovatif dalam mewarisi profesi nelayan yang sebagian besar dijalankan oleh orang NU.

Energi, termasuk air bersih, juga merupakan sumber daya yang melimpah dan tersebar di daerah pinggiran dan pedesaan di Indonesia. Meskipun sektor energi memerlukan penanganan yang serius dan berencana, pemuda NU di pedesaan dapat memainkan peran penting dalam pengembangan sumber energi lokal.

Contoh sukses koperasi energi pedesaan di Bangladesh menjadi bukti bahwa model ini dapat berhasil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah miskin.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor yang banyak ditekuni oleh Nahdiyin. Sektor ini, terutama dalam produk lokal, telah menjadi fokus utama Kementerian UMKM dan Koperasi. Meskipun ukuran usaha ini kecil, UMKM menyumbang 99% dari lapangan kerja total dan menyumbang 60,34% terhadap produk domestik bruto pada tahun 2019.

Dengan perkembangan ekonomi berbasis digital, UMKM dapat memasarkan produknya ke pasar nasional dan internasional, bukan hanya pasar lokal. Hal ini terbukti dengan kontribusi UMKM dalam ekspor Indonesia sebesar 14,17%.

Oleh karena itu, pemuda NU harus memotivasi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui berwirausaha di sektor UMKM, terutama dalam produk lokal, dan harus siap menghadapi tantangan digitalisasi.

Dari uraian di atas, jelas bahwa peran pemuda NU sangat penting dalam pengembangan sektor pertanian, kelautan, dan UMKM. Mengapa pemuda NU? Karena mereka memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan bisnis, terutama dalam era digitalisasi ekonomi.

Selanjutnya, bagaimana pemuda NU dapat meningkatkan “nilai ekonomis” di sektor pertanian, kelautan, dan UMKM agar bersaing dengan produk luar? Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil, kecuali sektor energi yang membutuhkan fokus lebih lanjut.

A. Peningkatan Nilai Produk

Produk pertanian dan kelautan kita sering memiliki nilai jual yang rendah. Ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya kontrol pemilik hasil pertanian terhadap penetapan harga, serta kurangnya inovasi produk. Untuk meningkatkan nilai produk dari sumber ekonomi strategis, beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Pembentukan Ekosistem Bisnis: Membangun ekosistem bisnis yang mengintegrasikan pertanian, peternakan, dan kelautan untuk menghasilkan produk dengan merek tertentu. Hal ini akan memungkinkan kontrol terhadap harga produk.
  • Diferensiasi Produk: Membuat produk yang berbeda dan unik dibandingkan dengan produk sejenis di pasar. Ini dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kemasan produk.
  • Pelayanan yang Lebih Baik: Meningkatkan pelayanan kepada konsumen dengan mengedepankan empati, integrasi, dan solusi.
  • Branding: Memperkuat merek produk melalui identifikasi nilai unik, pelayanan yang baik, dan integritas merek.

B. Akses ke Pasar

Tidak cukup hanya memiliki produk berkualitas, akses pasar yang baik juga diperlukan. Inovasi dan pemahaman kebutuhan konsumen merupakan kunci dalam mengidentifikasi cara terbaik untuk menjual produk. Pasar digital memberikan peluang untuk mencapai pasar lokal hingga global. Networking bisnis dan kolaborasi juga akan membantu dalam mengakses pasar yang lebih luas.

C. Adopsi Teknologi

Pemuda NU memiliki akses dan pemahaman teknologi, yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai bisnis. Digitalisasi dalam sektor pertanian, kelautan, dan UMKM dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk.

Contoh sukses dalam penggunaan teknologi oleh pemuda seperti Nadiem Makarim dalam revolusi ojek online dan pemuda desa yang mendukung petani bawang dengan platform digital adalah bukti potensi penggunaan teknologi dalam mengatasi masalah ekonomi.

Pemuda NU perlu memainkan peran penting dalam pengembangan ekonomi Indonesia, terutama di sektor pertanian, kelautan, dan UMKM.

Ini bukan hanya tentang menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga tentang meningkatkan nilai produk, mengakses pasar yang lebih luas, dan mengadopsi teknologi untuk meningkatkan daya saing.

Dengan langkah-langkah ini, pemuda NU dapat berkontribusi secara signifikan pada pertumbuhan ekonomi nasional dan memajukan masyarakat NU secara keseluruhan.

Moh. Luthfi – CEO NYIOR Cooperative dan anggota LPNU MWCNU Gapura.

Share This Article
Leave a comment