Keputusan Finansial Paling Buruk Di Bulan Ramadhan

Moh. Luthfi
5 Min Read

niagamedia – Tahukah anda niagarangers! Bahwasanya, meningkatnya konsumsi di bulan ramadlan menjadi fenomena aneh karena spirit ramadlan adalah menahan nafsu, mengendalikan diri dan taqarruban ilallah.

Fenomena belanja di bulan ramadlan (terutama di akhir-akhir ramadlan) sebetulnya adalah sah-sah saja, selama dalam batas kewajaran yaitu dengan menggunakan asas kepantasan dan kemanfaatan.

Pendapatan kita tidak seharusnya langsung dihabiskan untuk belanja semua hanya untuk momentum lebaran. Pendapatan kita ada banyak pos yang harus diisi seperti tabungan, zakat, bayar cicilan. Ini semua untuk kesejahteraan keuangan ke depan.

Keputusan finansial paling buruk di bulan ramadlan yang banyak dilakukan untuk menyambut lebaran adalah sebagai berikut :


Membeli mobil, motor dan gadget baru


Ada banyak pembelian buruk yang dilakukan untuk menyambut lebaran, salah satunya adalah membeli mobil baru, motor baru, atau gadget baru. Fenomena ini hampir terjadi setiap tahun bulan ramadlan.

Keputusan pembelian tersebut merupakan keputusan finansial yang paling buruk, kenapa?
Pertama, ketika kita membeli motor, mobil dan gadget baru sudah pasti kita mengalami kerugian sekitar 20%.

Buktinya ketika membeli motor baru ke dealer dan satu minggu lagi kalau dijual sudah pasti mengalami depresiasi dan harganya turun sekitar 20% yang dalam literasi keuangan disebut invicible spending.

Kerugian ini nyata-nyata bencana bagi kesehatan keuangan kita, ketika uang yang dibeli berasal dari aktif income apalagi menggunakan jalur cicilan. Warent Buffet menasehati agar menghindari pembelian ini karena akan merugikan sebagai pasif spending yaitu, pengeluaran yang terus keluar meskipun dalam keadaan pasif seperti saat tidur.

Kedua, akan menambah jenis pengeluaran baru seperti isi bensin, biaya perawatan, pajak, paket dan sebagainya. Artinya kalau jenis biaya baru tersebut lebih kecil dari pendapatan kita, hal ini menjadi kiamat.

Seperti membeli gadget baru, belum tentu teknologi yang tersedia terpakai oleh kita. Bahkan banyak fasilitas teknologi di gadget tersebut adalah tidak terpakai. Dalam hal ini, kita bukan hanya rugi dalam masalah paket data, tetapi juga fasilitas teknologi yang dibeli mahal yang tidak terpakai.

Ketiga, biaya gaya hidup bertambah. Mari kita teliti perilaku orang yang membeli mobil baru. Biasanya gaya hidupnya berubah. Fashionnya mulai bermerek karena tidak match naik mabil baru tetapi fashionnya murahan. Gengsi mulai naik tajam. Untuk makan saja mulai malu makan di warung biasa lebih memilih yang istimewa karena malu dengan mobil barunya.

Keempat, kehilangan potensi untuk investasi. Karena uangnya dipakai untuk pengeluaran dan gaya hidup, maka tidak memiliki kesempatan untuk berinvestasi. Padahal investasi adalah cara terbaik untuk menjadi sejahtera.


Membeli berdasarkan brand dan harga

ByKesalahan terbesar bagi kita dalam menyambut lebaran adalah membeli barang berdasarkan merek dan harga.

Ketika kita membeli berdasarkan harga dan merek, maka yang terjadi adalah berapa uang yang keluar untuk mendapatkan jenis barang branded tersebut. Seperti sarung BHS dan baju gamis Tunicca.

Lebih bijaksana membeli barang berdasarkan nilai dan fungsi. Soalnya ketika membeli barang berdasarkan nilai dan fungsi, maka yang terjadi adalah kegunaan dan nilai manfaat yang diterima dan dirasakan oleh kita. Bukan uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang.


Buka dan nongkrong di tempat yang mewah


Bulan puasa jika kita selalu berbuka di tempat yang mewah dan pada malam harinya nongkrong di tempat yang mewah juga, maka hal ini merupakan keputusan finansial yang buruk.

Ada cara terbaik untuk makan yang sehat secara finansial yaitu dengan memasak sendiri. Ada banyak cerita orang orang sukses lebih memilih makan dengan memasak sendiri di rumah seperti Bill Gates dan Elon Musk. Alasannya lebih hemat dan menghindari kehilangan potensi untuk menabung dan investasi.

Memasak sendiri membuat kita lebih efisien dan sisa uangnya dapat digunakan untuk menabung atau investasi. Jadi, hindari berbuka dan nongkrong di tempat yang mewah. Untuk relaksasi, sekali-kali tidak masalah asalkan ada pendapatan yang memadai.


Hutang konsumtif


Hutang konsumtif adalah berhutang untuk belanja. Biasanya untuk belanja yang bersifat sekunder dan tersier. Rata-rata menjelang lebaran, untuk memenuhi kebutuhan gaya hidupnya, banyak orang berhutang atau melakukan pembiayaan. Apalagi saat ini tersedia pembiayaan digital seperti paylater.

Di marketplace tersedia fasilitas pembiayaan, sehingga orang awalnya ingin membeli barang dengan diskon tinggi mengharap hemat tetapi kenyataannya malah pemborosan karena membeli barang lebih dari satu ditambah lagi menggunakan paylater.

Hutang konsumtif sama saja kita menghindar dari satu masalah tetapi pindah ke masalah lain. Mari kita lebih bijak menggunakan uang yang kita pinjam ke arah yang lebih produktif dan realistis.

Share This Article