Kebebasan finansial adalah ketika anda tidak mempermasalahkan uang sebagai sumber masalah kehidupan dan uang bukan tujuan hidup anda. Tetapi sebaliknya kebahagiaan dan ketenangan sebagai tujuan hidup anda. Kemandirian petani masyarakat desa mampu melakukan kebebasan finansial yang menghasilkan kemandirian ekonomi yang kokoh dan tidak rapuh.
Kebebasan finansial di desa dimulai dari ketahanan pangan yang dilandasi nilai gotong royong. Masyarakat desa sebagian besar memiliki sawah untuk bertani padi atau menggunakan akad sewa dan muzara’ah (paron) bagi yang tidak memiliki lahan sawah. Hasil dari sawah ini digunakan untuk untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Sehingga hampir semua rumah ada ruangan khusus tempat penyimpanan padi. Mereka hanya menjual ketika melebihi persediaan kebutuhan rumah tangga. Dalam keadaan seperti ini kemandirian ekonomi di Desa hampir tidak mengenal krisis pangan dunia. Spending untuk biaya pangan bisa dialihkan ke tabungan atau investasi.
Kemudian, kegiatan ekonomi rumah tangga berpindah ke sekitar rumah dengan menanam palawija dan sayur mayur seperti menanam cabai, terong, daun kelor dan lainnya. Hal ini menunjukan untuk kebutuhan dapur ibu rumah tangga bisa menghemat biaya ke pasar karena tersedia disekitar rumah dan sikap kerukunan antar tetangga.
Bandingkan dengan ibu rumah tangga jaman modern, kalau satu minggu tidak ke pasar pusing kepalanya. Tetapi di Desa cukup keluar rumah, maka banyak yang bisa dijadikan lauk, kalaupun tidak punyak ada tetangga yang menawarkan tomat, langker dan sayur yang lain.
Untuk kebutuhan belanja dan bulanan ada banyak kegiatan ekonomi yang membuat Masyarakat petani di Desa mempunyai kebebasan finansial. Pertama, setiap rumah tangga memiliki kandang untuk memelihara ternak. Kandang yang tersedia biasanya macam tiga, yaitu kendang ayam, kendang kambing dan kendang sapi.
Kendang ayam sangat merata di kehidupan Desa. Mereka beternak ayam untuk kebutuhan telur sebagai lauk dan jamu, sisanya dijual untuk kebutuhan belanja. Di samping itu, memelihara ayam untuk kebutuhan daging dalam memenuhi kebutuhan acara keluarga dan dalam keadaan tertentu ketika membutuhkan uang antara 100 – 500 ribu maka sebagian ayam dijual.
Memelihara dan beternak kambing atau sapi bagi masyarakat desa merupakan tabungan jangka panjang atau investasi yang hanya dijual ketika ada kebutuhan mendesak dan kebutuhan besar seperti Aqiqah, selamatan anak, membeli motor dan kebutuhan besar lainnya.
Manfaat lainnya adalah kotoran dari sapi biasa digunakan sebagai pupuk organik. Dimana sebelum mengarit rumput untuk pakan kotoran sapi dibawa ke kebun untuk dijadikan pupuk dan pulangnya membawa rumput sehingga tidak ada sesautu yang terbuang semuanya terpakai dalam ekosistem ekonomi lokal.
Dalam memenuhi belanja, petani di desa biasa menanam pisang, kelapa, mangga, dan tumbuhan yang mengasilkan uang ketika dijual termasuk juga pohon jati dan kurnis yang jual ketika kebutuhan mendesak atau persiapan ketika merehab dan membangun rumah. Dari aktivitas ekonomi ini menggambarkan betapa hebatnya perencanaan keuangan petani di Desa.
Hal yang menarik juga bagi masyarakat petani gula siwalan yang tak mengenal kekuarangan uang belanja. Setiap pagi mereka mengambil legen siwalan dan diolah menjadi gula aren kemudian dijual untuk kebutuhan belanja sehari-hari. Pada sore hari mereka mengambil lagi legen siwalan dan diolah menjadi gula aren kemudian disimpan dalam wadah untuk dijual kemudian hari saat dibutuhkan.
Dari Sebagian kegiatan ekonomi di wilayah daratan pedesaan tampak mereka tidak mengenal inflasi terhadap kebutuhan pokok karena kebutuhan mereka terpenuhi dalam sebuah ekosistem ekonomi lokal. Mereka bukan hanya memiliki kemandirian ekonomi tetapi juga mengalami kebebasan finansial.
Inflasi terjadi biasanya ketika kebutuhan kita tergantung ke pihak luar sehingga ketika pabrik mengalami kenaikan biaya produksi maka otomatis barang menjadi naik, keadaan ini yang disebut cost push inflation. Ada juga karena kelangkaan barang akibat dari kenaikan permintaan juga otomatis barang menjadi naik, keadaan ini disebut demand full inflation.
Dari dua penyebab inflasi di atas, petani di Desa tidak terdampak secara langsung karena ada ekosistem ekonomi lokal yang kokoh. Mereka mampu memenuhi kebutuhan pokoknya secara mandiri tanpa tergantung ke pihal luar kemudian tumbuh menjadi masyarakat yang memiliki kebebasan finansial.
Saat ini untuk menjadi kedaulatan pangan nasional dan menghindari inflasi maka ekosistem ekonomi lokal perlu ditumbuhkan. Kita merasakan dalam sumber pangan yang sukses, Masyarakat unggulan, keluarga yang Tangguh, dan kita merasakan ketika ia tidak ada atau toksik dan kita dapat mengukur dampaknya dalam skala dasar.
Dari kebebasan finansial, puncak menumpuk kekayaan petani Desa adalah menunaikan ibadah haji. Bukan membeli mobil, rumah mewah atau gaya hidup lainnya. Inilah kebebasan finansial petani di desa yang dilandasi hidup tenteram, guyup dan sejahtera.