niaga.media. Dalam hukum permintaan dan hukum penawaran harga menjadi bagian terpenting dalam kuantitas barang yang diminta maupun kuantitas barang yang ditawarkan. Sehingga harga akan selalu menjadi ukuran keputusan pembelian bagi konsumen dan menjadi ukuran pendapatan bagi produsen.
Strategi memainkan harga dalam marketing mix dilakukan ketika 3 (tiga) P yang berupa product (kualitas), place (akses), promotion (komunikasi) yang dilakukan tidak terlalu ngefek ke closing pembelian. Sehingga dari sini ada predator harga, diskon harga, perang harga dan strategi harga yang lain.
Predator pricing (predator harga) adalah menjual produk dengan harga dibawah modal. Predator harga ini dilakukan oleh yang memiliki modal kuat untuk mematikan bisnis yang lain. Setelah bisnis yang lain kelimpungan maka harganya akan dinormalisasikan secara bertahap sampai mencapai monopoli pasar. Predator harga ini bisa dilihat di Tik Tok akhir-akhir ini sampai pemerintah melakukan penutupan Tik Tok Shop untuk melindungi produk dalam negeri.
Diskon harga menurut Philip Kotler adalah pengurangan langsung dari harga barang pada pembelian dalam periode waktu yang ditentukan. Tujuan dari diskon adalah untuk menarik konsumen agar membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
Perang harga adalah persaingan antar perusahaan untuk merebut pangsa pasar dengan cara menurunkan harga secara strategis. Perang harga ini bisa dilihat pada perusahaan telekomonikasi seperti murah murahan ala XL, AS dan Im3. Tujuan dari perang harga ini adalah melemahkan kompetitor agar merebut pangsa pasar yang lebih besar.
Hal yang perlu dilakukan dalam membuat strategi harga adalah melakukan observasi atau riset permintaan konsumen agar dapat melihat kebutuhan konsumen sampai melihat permasalahan yang dihadapi oleh target konsumen. Dengan hasil riset kita dapat menetapkan harga dengan tepat. Penentuan harga yang tepat akan menciptakan permintaan yang optimal dan penjualan akan meningkat sehingga endingnya adalah mendapatkan keuntungan.
Berikut ini strategi dalam menetapkan harga dan melawan predator harga, perang harga dan diskon harga ;
Predator harga dilakukan untuk membunuh lawan bisnis dengan cara menjual harga barang dibawah biaya produksi (modal). Harapannya lawan bisa mati produknya karena tak mampu bersaing secara harga. Endingnya adalah memonopoli pasar. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan adalah musyawarah mufakat bagaimana pemerintah membuat regulasi untuk melindungi produk lokal.
Predator harga jangan dilawan dengan harga murah nanti bisa mempercepat kematian tetapi bisa melakukan tindakan aliansi usaha dan musayawarah dengan lembaga pemerintah untuk membuat regulasi yang melindungi produk pelaku usaha lokal dan mencegah monopoli pasar yang tidak sehat.
Diskon harga dilakukan dengan menggunakan harga strategis dan harga psikologi. harga strategis dilakukan dengan menggunakan tiga cara. Pertama menggunakan subsidi harga silang dimana satu barang didiskon tetapi harga barang lain dinaikan secara strategis. Dengan asumsi konsumen akan membeli barang yang dinaikan bersamaan dengan barang yang didiskon.
Kedua, mendiskon barang yang memiliki volume kecepatan transasksi dengan harapan akan tetap sama pendapatannya karena kecepatan transaksi dapat melipatgandakan pembelian berulang. Untuk membangun kecepatan transaksi ini, maka elemen service dan proses harus dilakukan dengan baik. Akses kemudahan dan kecepatan menambah intensitas pembelian konsumen. Buatlah costumer experience agar mampu mengunci pembelian berulang.
Ketiga, diskon yang dilakukan untuk promo barang baru. Hal ini biasa dilakukan oleh seluruh produsen. Tetapi yang penting untuk diperhatikan bagi pembeli first-time adalah merek yang menawarkan pengalaman pelanggan yang lebih kuat selama konsumsi dan penggunaan akan menjadi merek yang lebih dipilih.
Harga psikologi adalah strategi harga yang berupaya mempengaruhi perilaku konsumen secara psikologis. Contoh umum yang biasa ditemui adalah pertama, membuat ilusi bahwa suatu harga lebih murah dari harga yang sebenarnya. Seperti lebih ditulis 199.900 dari pada 200.000 atau menampilkan harga 150.000 dan mencoret 200.000 sebagai diskon besar padahal itu hanya rekayasa ilusi.
Kedua, rekayasa waktu seperti memberikan batas waktu diskon sehingga membuat konsumen berfikir momen ini saja harga murah. Urgensinya konsumen mau cepat cepat melakukan keputusan pembelian sebelum terlewatkan. Ketiga, sistem gratis seperti beli satu gratis satu padahal intinya sama saja dengan membeli kedua produk tersebut secar terpisah walaupun lebih murah itupun tidak terlalu signifikan.
Seluruh diskon di atas, kalau tidak diikuti dengan trust berisiko kepercayaan konsumen. Oleh karena itu diskon itu harus disesuaikan dengan value perusahaan. Kemudian pastikan produk yang didiskon memeilki permintaan yang tinggi.
Perang harga merupakan perebutan pangsa pasar dari bisnis yang memiliki kesamaan produk. Perang harga sebetulnya sesuatu yang logis dan profitable bukan bunuh diri. Jauh dari itu, pada saat ini bukan produk vs produk tetapi model bisnis vs model bisnis. Pengaruhnya adalah model yang dapat melakukan efektivitas input dan efisiensi proses yang akan bisa menurunkan harga.
Disnilah price war diawali, mulai dari model bisnis, efektivitas dan efisensi, endingnya karena biaya bisa ditekan maka perusahaan berani melakukan penurunan harga dari competitor.
Menganalisis struktur biaya dan mencari solusi untuk mengurangi biaya sumber daya dan biaya aktivitas membuat model bisnis akan efisien dan efektif.
Jadi inti dari strategi price war adalah model bisnis yang berorientasi pada efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Tanpa hal tersebut jangan main ke perang harga nanti bisa KO. Kinerjanya adalah analisis struktur biaya kemudian menekan biaya yang bisa ditekan bersamaan dengan optimalisasi nilai produk.