Perencanaan Keuangan Di Bulan Puasa

Moh. Luthfi
8 Min Read

Literasi keuangan tidak diajarkan di dunia sekolah, padahal literasi keuangan merupakan life skill yang diperlukan untuk menghadapi dunia yang nyata-nyata butuh uang. Ditambah lagi dalam menghadapi kehidupan yang semakin rumit.
Salah satu literasi keuangan yang sangat dibutuhkan adalah perencanaan keuangan pribadi atau keluarga. Tujuan dari perencanaan keuangan adalah sebagai langkah awal untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. Di samping itu, sebagai langkah strategis untuk membuat aset bekerja dengan sehat.
Perencanaa keuangan pribadi dan keluarga seperti halnya obat, rasanya pahit tidak enak, tetapi sangat dibutuhkan untuk membuat keuangan kita tetap sehat. Terutama bulan puasa, kalau tidak direncanakan dengan baik, maka cash flow kita bisa minus bahkan utang kita bertambah.


Kualitas pendapatan dan konsumsi rasional


Kunci dari kebebasan finansial adalah kualitas pendapatan dan konsumsi yang rasional. Pendapatan bisa terus ditingkatkan dengan cara meningkatkan pengetahuan, skill, dan sikap.
Apapun profesinya, ketika pengetahuan terus di up date, skill terus diperbaiki, dan attitude terus dijaga, maka uang akan bertambah dalam pendapatan yang kita peroleh.
Jangan menukar pendapatan dengan kejujuran dan juga jangan menukar pendapatan dengan kesehatan. Karena kejujuran adalah nilai yang dicari manusia dan kesehatan adalah kekayaan yang sebenarnya. Tukarlah pendapatan anda dengan kualitas pengetahuan, skill, dan attitude. Maka otomatis pendapatan anda akan meningkat.
Jadi, apapun materi literasi keuangan pasti yang diutamakan dan fondasinya adalah meningkatkan kualitas pendapatan dengan meningkatkan pengetahuan, skill, dan attitude.
Selanjutnya, gunakan konsumsi dengan rasional. Jangan berdasarkan emosional. Terutama bulan ramadhan jaga konsumsi kita dengan mengutamakan yang bersifat primer. Keputusan pembelian didasarkan pada kebutuhan bukan keinginan.
Konsumsi rasional adalah keputusan pembelian berdasarkan asas kemanfaatan dan kepantasan, berdasarkan kebutuhan, berdasarkan pendapatan, dan berdasarkan nilai peluang.
Dengan meningkatkan kualitas pendapatan dan menggunakan konsumsi secara rasional, maka kita sudah dalam logaritma kesejahteraan. Tabungan dan aset investasi kita juga akan meningkat karena efek logaritma di atas. Dan akhirnya keuangan di bulan puasa bisa direncanakan dengan baik.


Mengetahui kondisi keuangan saat ini


Sebelum melakukan perencanaan keuangan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung kondisi keuangan saat ini untuk mengetahui berapa aset yang kita miliki dan liabilitas (utang) yang harus ditanggung.
Pertama, menghitung aset yang kita miliki. Aset ini terdiri dari tiga bagian, yaitu aset lancar, aset pribadi dan aset investasi/tetap. Aset lancar adalah aset yang mudah dicairkan secara cepat menjadi uang tunai seperti uang tunai, tabungan dan piutang.
Aset investasi adalah segela jenis aset yang dapat tumbuh melebihi nilai inflasi, sehingga biasa dipakai untuk jangka panjang, seperti emas, sapi, deposito, dan saham.
Aset tetap adalah aset yang tidak mudah dicairkan menjadi uang tunai, biasanya memiliki nilai tinggi seperti tanah, mobil, hand phone dan sebagainya.
Kedua, menghitung kewajiban (utang) yang ditanggung kita. Kewajiban ini meliputi kewajiban jangka pendek, yaitu utang yang jatuh temponya sangat dekat biasanya satu tahun ke bawah. Kewajiban jangka panjang adalah utang yang jatuh temponya di atas satu tahun.
Ketiga, menghitung kekayaan bersih. Hasil dari jumlah aset dikurangi kewajiban sama dengan kekayaan bersih. Dari perhitungan ini diketahui apakah kekayaan kita hasilnya positif atau negatif. Selanjutnya akan menjadi dasar untuk melihat apakah anda atau keluarga ini hidup dengan kondisi keuangan yang sehat.


Melihat rasio keuangan pribadi/keluarga


Analisis rasio digunakan untuk melihat kesehatan keuangan keluarga, misalnya : adanya kekurangan kas, terlalu banyak utang, kemudian melihat apakah keluarga ini terlalu boros.
Pertama, rasio lancar. Rasio ini untuk melihat kewajiban jangka pendeknya yang dapat dihitung dengan cara jumlah aset lancar dibagi kewajiban jangka pendek.
Semakin tinggi hasil rasio lancar, maka semakin baik. Artinya bahwa aset lancar yang dimiliki mampu memenuhi kewajiban lancar. Dalam keadaan seperti ini keluarga boleh melakukan konsumsi karena utang jangka pendeknya bisa dipenuhi dengan aset lancar.
Kedua, debt ratio. Rasio ini untuk melihat seberapa banyak aset kita dibiayai hutang. Ada persepsi yang keliru ketika kebanyakan aset tetap kita berasal dari hutang. Ini bukan aset murni. Aset ini sebetulnya aset yang terus berkurang nilainya. Dan ini warning agar berfikir untuk lebih hemat karena ada kewajiban menunggu kita.
Cara melihat debt ratio, yaitu dengan membagi total utang dengan total aset. Contoh : apabila perhitungan tersebut hasilnya diperoleh angka 45%, maka 45% dari aset keluarga tersebut dibiayai oleh hutang yang secara eksplisit masuk dalam pos liability (kewajiban),
Ketiga, rasio likuiditas. Rasio ini untuk melihat kemampuan sebuah aset untuk dikonversi dengan cepat dan mudah kedalam bentuk kas. Apakah sebuah rumah tangga secara berkelanjutan memenuhi kebutuhan pengeluaran melalui kas dan setara kas seandainya keluarga mengalami kerugian atau kehilangan seluruh sumber pendapatannya.
Rumus likuiditas adalah kas/setara kas dibagi pengeluaran bulanan. Rasio likuiditas ini menunjukan kemampuan keluarga dalam mengkonsumsi kebutuhan hidup dan membayar utang (jika punyak utang)
Empat, rasio tabungan. Tabungan merupakan sebuah pengorbanan potensi konsumsi saat ini untuk memperoleh hasil yang lebih besar di masa akan datang. Rumusnya adalah jumlah uang yang disisihkan untuk ditabung perbulan dibagi dengan total tabungan perbulan.
Rasio tabungan untuk melihat berapa persen pendapatan yang ditabung dari total pendapatan yang diterima. Rumah tangga yang sehat jika memiliki rasio tabungan 10% atau lebih. Ini pertanda jika ingin aman di bulan puasa, sebuah keluarga harus menyisihkan 10% dari penghasilan yang diterima.


Merencanakan cash flow (arus kas)


Tujuan utama dari perencanaan arus kas adalah mempunyai kas yang cukup saat kita memerlukan. Menyiapkan perencanaan kas sangat penting sekali terutama kebutuhan biaya-biaya yang akan datang. Karena seringkali kita harus melakukakan utang di saat kita mengalami kekurangan kas.
Perencanaan arus kas yang baik, memunkinkan sebuah keluarga memahami kebutuhan arus kasnya yang akan datang dan melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk memenuhinya.
Untuk keluarga yang memiliki pendapatan dari gaji dan upah, maka melakukan set alokasi 10% untuk tabungan dan 20% untuk aset investasi seperti membeli emas, saham, deposito bisa menjadi perencanaan yang bagus dalam cash flow in.
Untuk keluarga yang sumber pendapatannya adalah profit dari usaha keluarga, maka pahami dulu tiga periode yang sangat membutuhkan kas.
Pertama, adanya kebutuhan musiman. Misalnya saat musim puasa permintaan kebutuhan terhadap sembako dan fashion akan meningkat. Saat lebaran permintaan terhadap kue juga melonjak.
Kedua, saat-saat bisnis mengalami pertumbuhan pesat, kebutuhan modal juga akan meningkat. Disini kita membutuhkan dana kas untuk mengimbagi pertumbuhan usaha.
Ketiga, bisnis keluarga akan memerlukan kas saat membeli mesin baru untuk meningkatkan kapasitas usahanya.
Tiga periode tersebut harus dipahami dan ditandai untuk dipersiapkan dana kas dari aset keluarga atau pembiayaan dari lembaga keuangan. Kuncinya adalah mengelola waktu, bulan apa saja yang membutuhkan dana kas dan bulan apa yang tidak memerlukan dana kas.


Langkah-langkah membuat perencanaan arus kas


Langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat perencanaan arus kas adalah
Pertama, siapkan 12 bulan arus kas dalam satu spreadsheet yang didasarkan gambaran arus kas 12 bulan terakhir
Kedua, untuk membuat proyeksi, gunakan CFO (cash flow from operation) ditambah dengan kewajiban pembayaran utang
Ketiga, cari akumulasi arus kas negatif dari 12 bulan yang diproyeksikan. Inilah kebutuhan kas harus dipenuhi.
Secara sederhana, manajemen arus kas itu dilakukan dengan tindakan penghematan saat bulan-bulan tidak membutuhkan dana kas besar, untuk menjaga arus kas di bulan-bulan yang membutuhkan dana kas besar.
Bila secara historis, bulan ramadhan adalan bulan banyak membutuhkan kas besar, maka bulan rajab dan syakban kita bisa melakukan penghematan.

Share This Article