Pesantren dan Enterpreneurship, Hah? Itu Sudah Hilang Sekarang!

Khairul Fata
3 Min Read

niagamedia – Pesantren, sebuah entitas dan lembaga yang menjadi ciri khas dan produk dari budaya asli indonesia, sangat kental dengan metode pendidikannya yang selalu medepankan moral dan etika disetiap materi yang diajarkannya.

Dan yang paling membedakan pesantren dengan beberapa lembaga pendidikan lainnya adalah, mereka tidak melulu membahas tentang kertas dan pena, angka dan teori, atau abjad dan lafald.

Yang maksudnya adalah, di pesantren, para santri(istilah lain dari siswa) diajarkan juga bagaimana menjadi manusia yang fundamental.

Yaitu, mereka diajarkan bagaimana mereka akan menjadi orang berguna bagi masyarakat nantinya, yang tentunya memang seperti itulah kodrat manusia sejatinya.

Pembelajaran seperti kewirausahaan, kemandirian, Etiket, kreativitas, tak akan pernah luput disetiap peristiwa belajar-mengajar di pesantren era dulu .

Tak sedikit dari kita, melihat ayah, kakek, ibu, nenek kita yang pernah mondok di pesantren
Memiliki jiwa kewirausahaan, kreativitas dan mandirian yang aduhai hebat.

Dan banyak dari orang tua kita, beprofesi sebagai pedagang, petani, pengrajin, tukang yang semuanya itu mereka sebagian diperoleh dari lingkungan pesantren tempat menimpa ilmunya dulu.

Banyak Kegiatan dilingkungan pesantren era duku, seperti membantu kyai(pengasuh pesantren) membangun kandang, ngoan(beternak) ayam sapi dan kambing milik kyai, ada juga yang diberi tanggung jawab oleh kyai untuk mengurus sawah untuk nanti bercocok tanam di sana, dan semua hal tersebut sangat lumrah di lingkungan pesantren era dulu.

Semua itu kemudian menjadi bekal para santri dulu, yang merupakan orang tua kita untuk menempuh kehidupan selanjutnya, yaitu lingkungan masyarakat.

Dan mereka semua tentunya sudah siap dan matang dikarenakan semua ilmu paling dasar, mereka sudah peroleh dari pesantren.

Ya Meskipun, semua hal tersebut nampak jarang bisa dilihat di wajah pesantren di era kini, yang lambat laun mengalami sedikit pergeseran, mungkin bisa jadi disebabkan oleh penyesuaian trend zaman.

Kewirausahaan, kemandirian, kreatifitas seolah-olah mulai lenyap di pesantren era kini, para santri mungkin hanya akan dilihat bagaimana dia handal membaca kitab kuning, jago dalam bidang keilmuan agama, dan sejenisnya. Sedangkan hal yang paling fundamental, seperti tigal hal diatas, diabaikan.

Alhasil, banyak lulusan-lulusan pesantren di era kini enggan menjadi seorang petani, peternak, tukang, pengrajin, pedagang.

Mereka mungkin lebih tertarik dengan pekerjaan yang terlihat keren, dan mudah alias tanpa banyak usaha yang ribet-ribet bin instan amat.

Bahkan yang paling miris adalah hilangnya pendidikan kemandirian di pesantren yang juga sudah tidak pernah diajar-praktkkan, yang akhirnya pesantren hanya mencetak seorang pengangguran yang tidak melakukan apa-apa dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Meskipun belum ada data menjelaskan beberapa persen tingkat pengangguran lulusan dari pesantren, tapi ada sebuah data yang dikutip dari IDN Times, sekitar 65% lulusan pesantren tidak memiliki skill, miris kan?

Jadi, Pesantren yang merupakan produk dari hasil budaya asli indonesia, sekarang mungkin hanya bersifat simbolis dan tinggal wujudnya saja.

Nilai-nilai dan ajarannya sudah tinggal sejarah. Dan yang paling membuat saya tepok jidat adalah, saat Pondok pesantren dikomersialkan.

Share This Article