Cara Terbaik Mengelola Keuangan Hidup Di Desa

Moh. Luthfi
9 Min Read

Bentuk terbaik kegiatan ekonomi di Desa adalah gotong royong. Dengan gotong royong masyarakat desa bisa melakukan efisiensi tenaga, waktu dan biaya. Efiseinsi ini menjadi unsur paling penting dalam mengatur keuangan. Profitabilitas yang langgeng bergantung pada efisiensi.

Modal sosial yang dimiliki masyarakat desa melebihi modal uang. Akibatnya butuh sedikit modal kalau ingin membangun enterpreuner social. Di samping itu, keakraban dan silaturrahim di desa membantu dalam supply kebutuhan dari yang memiliki kelebihan asset kepada yang kekurangan asset

Contoh nyata, pada saat keluarga membutuhkan pisang untuk hajatan tertentu, biasanya dikasih secara cuma-cuma oleh keluarga yang bertani pisang. Meskipun harus dijual, tetapi dijual dengan harga murah karena pertimbangan keakraban dan hubungan keluarga atau tetangga.

Ilustrasi singkat di atas harus dijadikan pijakan dalam mengatur keuangan di desa. Memang orang desa tidak memiliki uang cash yang banyak, tetapi kelebihan masyarakat  desa memiliki asset yang banyak, seperti tanah, pohon kayu dan buah-buahan. Kemudian bagaimana cara terbaik mengelola keuangan hidup di pedesaan?

Memahami pendapatan yang diperoleh

Hal pertama yang harus dijawab dalam mengelola keuangan adalah memahami pendapatan kita diperoleh dari mana dan nominalnya berapa? Tanpa pendapatan, kita tidak bisa mengatur keuangan. Pendapatan diperoleh dengan bekerja dan bekerja akan mendapatkan uang kalau kita memiliki skill dan attitude. Oleh karena itu, kita harus tahu berapa jumlah pendapatan yang diterima dan dari mana saja sumber pendapatan itu. 

Bagi masyarakat desa, sumber pendapatan sebetulnya sangat banyak dan beraneka ragam (Baca Kebebasan Finansial Masyarakat Desa). Sumber pendapatan di desa ; pertama, berupa gaji atau upah. Pendapatan ini bagi mereka yang bekerja di kantor atau bekerja kepada orang lain. Kedua, pendapatan sewa. Di desa banyak sekali sumber pendapatan sewa terutama sewa lahan atau tanah. Ketiga, bagi hasil. Ini biasa dilakukan untuk pemberian modal. Keempat, profit. Jenis pendapatan ini adalah bagi mereka yang melakukan usaha wiraswasta seperti berdagang, bertani, beternak dan nelayan. 

Kelebihan di desa selain efisiensi, kekeluargaan dan gotong royong adalah sumber pendapatannya beraneka ragam seperti orang yang bedagang, dia memiliki sumber pendapatan lain berupa tenak sapi dan bertani. Diversifikasi pendapatan ini menjadi sumber pendapatan yang ketika diatur akan menjadi asset yang berharga.

Dengan mengetahui dari mana saja sumber pendapatan dan berapa nominal yang diterima maka dengan pendapatn tersebut kita bisa menyesuaikan dengan belanja dan tabungan/investasi. Secara garis besar kita harus bekerja untuk memperoleh pendapatan kemudian pastikan dengan jelas sumber pendapatannya dari mana dan berap nominalnya. 

Setelah itu, baru kita bisa mengelola keuangan dari pendapatan tersebut. Kebutuhan hidup dan gaya hidup kita akan disesuaikan dengan pendapatan yang diterima. Tahap ini yang disebut dengan tahap mengumpulkan asset.   

Menabung, Investasi dan amal sosial 

Tabungan dan investasi bukan dengan cara menyisakan dari hasil pendapatan. Tetapi tabungan dan investasi harus alokasikan telebih dahulu sebasar 20-30% dan amal sosial sekitar 5%, kemudian sisanya digunakan untuk belanja. Jadi, rumus mengelola siklus keuangan adalah  pendapatan – (tabungan + investasi) = pengeluaran. 

Inilah alasan dalam pengelola keuangan tabungan, investasi dan amal adalah tangga kedua. Kebiasaan kita, tabungan, investasi dan amal adalah tangga ketiga setelah pengeluaran. Akibatnya banyak orang tidak bisa menabung karena lebih dahulu dihabiskan untuk belanja. Contoh orang yang memperoleh pendapatan 1.000.000,- maka sekitar 350.000 dialokasikan ke tabungan, investasi dan amal. Sisanya 650.000 digunakan untuk konsumsi kebutuhan hidup. 

Sisa pendapatan setelah dikurangi tabungan, investasi dan amal sebesar Rp. 650.000,- harus bisa memenuhi kebutuhan satu bulan terlepas kurang atau tidak. Hidup di desa menggunakan sisa pendapatan untuk pengeluaran lebih santai karena asas kekeluagaan yang kuat membuat pengeluaran untuk kebutuhan pokok lebih efisien.   

Menabung ala orang desa biasa dilakukan dalam jangka panjang seperti tabungan untuk hari raya dan tabungan untuk korban idul adha. Tabungan banyak ditemui di sekolah, perkumpulan rutin dan arisan uang. Tabungan tahunan seperti ini membuktikan cara menabung orang desa sudah bagus dengan memproteksi uang dari orang lain bahkan menutup akses untuk diambil oleh dirinya sendiri. 

Keuangan di desa yang sedikit harus ditabung dalam jangka panjang agar di akhir tahun dapat berkumpul menjadi besar. Soalnya Ketika ditabung ala orang modern kota yang bisa diambil kapan saja tidak cocok dengan pendapatan orang desa yang sedikit. Bahkan munkin kalau bisa ditarik kapan saja, memudahkan kita untuk hidup konsumtif. Menabung juga menghindari gaya hidup glamor dan menjembatani kebutuhan akan datang.

Selain ditabung sebagian dari pendapatan adalah diinvestasikan. Bentuk investasi di desa lebih pada asset. Karena di desa siklus keuangan tidak seperti di kota maka investasi di bidang asset lebih banyak dari pada investasi uang seperti investasi sapi, kambing, kelapa, pisang, pohon jati dan emas. Ini adalah investasi paling sedikit resiko tetapi paling menjanjikan. 

Kebiasaan yang paling melakat orang desa adalah kehidupan sosialnya yang bagus. Mengalokasikan 2,5 – 5 persen untuk amal sosial sangat mudah karena kebisaan seperti ini sudah menjadi tradisi bagi kehidupan pedesaan. Dengan alokasi 2,5 -5% untuk amal sosial berarti kita telah menyelesaikan kebutuhan sosial. 

Di tangga kedua ini, tabungan, investasi dan amal adalah tahap untuk melipatgandakan asset.

Pengeluaran untuk belanja

Tangga ketiga dalam mengelola keuangan adalah sisa pendapatan setelah dikurangi tabungan, investasi dan amal adalah pengeluaran untuk belanja kebutuhan hidup. Aturlah belanja kita untuk kebutuhan primer terlebih dahulu. Mengatur uang untuk kebutuhan pokok sangat mudah di desa. Mengingat kebutuhan pokok di desa lebih banyak dari pada di kota. Bahkan subtitusi makanan pokok lebih beraneka ragam.

Hal yang paling penting dalam mengelola pengeluaran adalah menghindari gaya hidup yang berlebihan. Maksud berlebihan disini adalah melebihi batas pendapatan yang kita terima. Kalau gaya hidup tidak bisa ditekan bahkan mencapai inflasi gaya hidup, maka hidup kita akan tertekan selamanya.  Seperti rumus fisika t = F/A, gaya hidup berbanding lurus dengan tekanan. Artinya kenapa hidup kita banyak tekanan karena hidup kita banyak gaya.

Ingat kata orang bijak, “mencari uang memang sulit, tetapi menjaga atau mengatur uang lebih sulit lagi”. Bersandari dari kata-kata tersebut mengatur keuangan agar dibenlajakan sesuai kebutuhan dan sesuai pendapatan adalah cara terbaik agar kita terhindar dari masalah keuangan yang membuat hidup kita banyak tekanan.  

Menggunakan pinjaman dengan bijak

Hidup di dunia kita pasti berhubungan dengan hutang piutang. Pada saat tertentu kita membutuhkan dana untuk tambahan modal. Kapan saat tertentu itu?

Pertama, saat kita mampu mengelola keuangan dari tangga satu sampai tangga ketiga. Ketika kita sudah bisa memperoleh pendapatan, dan kitab isa mengelolanya dengan mengalokasikan pendapatan tersebut ke tabungan, investasi dan amal secara rutin (sudah menjadi kebiasaan). Dan membelanjakan dengan baik dari sisa tabungan, investasi dan amal tersebut. Kemudian hidup sederhana menghindari gaya hidup. Saat itulah kitab isa menggunakan penjaman dengan bijak. 

Kedua, saat kita mampu mengaplikasikan rumus “penjualan dikurangi laba sama dengan pengeluaran”. Selama ini kita terganggu rumus Lembaga keuangan Dimana penjualan dikurangi biaya sama dengan keuntungan. Tetapi kenyataannya penjualan setelah dikurangi biaya-biaya sisanya kosong. Artinya pastikan tangka pengahasilan pada Tingkat resiko tertentu untuk meramalkan laba atau keuntungan.

Ketiga, hindari mindset hutang yang salah yaitu “hutang adalah solusi”. Banyak diantara kita menjadikan hutang sebagai solusi kehidupan, seperti saat uang kita kurang langsung solusinya kredit. Hutang bukan solusi, tetapi langkah alternative terakhir yang terukur ketika langkah lainnya tidak bisa berdiri sendiri tanpa hutang.

Kondisi hidup kita saat ini sebetulnya adalah hasil keputusan masa lalu. Sedangkan keputusan saat ini adalah gambaran kondisi kehidupan kita di masa depan. Oleh karena itu, mengatur keuangan bagi masyarakat yang hidup di desa harus diatur dengan baik dan dilakukan dengan kebiasaan yang baik pula agar gambaran masa depan hidup kita lebih sejahtera.

Share This Article
Leave a comment