Merawat Tradisi Leluhur: Minyak Kalettek I

Herman Alvin
5 Min Read

niaga.media – Minyak kalettek adalah produk ciri khas Nusantara berupa minyak kelapa yang dibuat secara tradisional. Minyak kalettek di Desa Gapura Timur diproduksi dari proses perendaman parutan kelapa, kemudian pemanasan santan dalam waktu yang agak lama sehingga kandungan air yang ada di santan menguap dan minyak kelapa terlihat di permukaan wadah. Selanjutnya minyak kelapa yang berada di permukaan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit sehingga tersisa ampasnya yang biasa disebut balittek.

Karena proses pemanasan yang agak lama, minyak kelapa yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan namun wangi aroma kelapanya sangat kuat sehingga sering digunakan untuk menggoreng, minyak rambut, minyak pijat dan lain-lain.

Minyak kalettek adalah salah satu warisan berharga dari Desa Gapura Timur terutama Dusun Dik Kodik. Tradisi warisan luluhur yang bernama minyak kalettek telah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat setempat selama bertahun-tahun. Dibuat dengan penuh dedikasi dan tradisi dari buah kelapa yang menjadi tanaman pokok di Desa Gapura Timur dan sekitarnya.  Industri rumah tangga minyak kalettek ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga menjadi identitas lokal yang patut dilestarikan.

Pelaku usaha minyak kalettek tidak hanya mendapatkan penghasilan dari minyak kalettek tetapi ada banyak produk turunan yang bernilai ekonomis dari sebuah proses pembuatan minyak kalettek. Berikut ini minyak kalettek dan turunannya yang merupakan produk local dari nenek moyang yang ramah lingkungan :

Pertama, minyak Kalettek yang biasa digunakan untuk menggoreng dan memasak menu khusus makanan tradisional. Minyak kalettek ini juga biasa digunakan sebagai minyak rambut untuk menghilangkan gatal gatal di kepala. Masyarakat sekitar juga menggunakan minyak kalettek sebagai campuran minyak urut.

Selain itu, minyak kalettek memiliki manafaat obat kesehatan;  kalau terkena luka maka biasanya masyarakat menghangatkan minyak kalettek dengan kunyit dan dioleskan ke luka kulit atau borok yang ada dikulit. Untuk luka lepas pusar bayi dan khitan, maka minyak kaletkek dipanaskan dengan daun sirih kemudian dioleskan. Khusus peternak sapi dan kambing, minyak kalettek dicampur daun pisang biasa digunakan sebagai jamu bagi ternak yang sakit. Termasuk juga sapi dan kambing yang terkenak kudis, maka minyak kalettek dicampur daun majah dioleskan ke sapi dan kambing yang kudisan.   

Kedua, Balittek yang biasa digunakan sebagai lauk atau dimakan sebagai snack. Produk balettek ini lebih laris ketimbang minyak kalettek itu sendiri karena rasanya yang enak dan gurih sehingga banyak permintaan terhadap balittek.

Ketiga, ampas santan dari parutan kelapa yang biasa disebut ‘Ampas Nyior’ digunakan sebagai pakan ayam kampung. Keempat, Batok Kelapa yang biasanya dijual sebagai bahan baku untuk membuat arang atau kriket. Kelima Sabuk Kelapa yang dijual sebagai bahan baku sapu dan kayu bakar.

Dari bahan baku, proses pembuatan minyak kalettek, sampai produk jadi semuanya bernilai ekonomis dalam ekosistem ekonomi sehingga terpakai habis dan tidak ada limbah yang merusak ekologi. Inilah green economy yang harus dilestarikan sebagai keberlanjutan usaha yang ramah lingkungan.

Namun saat ini, minyak kalettek menghadapi tantangan yang serius, menyebabkan generasi muda cenderung menghindari usaha ini. Tantangan utama yang dihadapi industri minyak kalettek adalah biaya produksi yang tinggi, membuat harga jual minyak kalettek lebih mahal dibandingkan minyak kelapa sawit sehingga kalah saing dengan minyak curah dan minyak sawit.

Mahalnya biaya produksi karena dalam prosesnya masih menggunakan cara tradisional. Masyarakat belum menggunakan teknologi untuk efisiensi biaya dan efisiensi waktu, termasuk juga produktivitas output. Masalah kreativitas dan teknologi tepat guna yang membuat inovasi minyak kelettek dan turunannya tidak tumbuh.

Masalah lain adalah minyak kalettek yang cepat tengek tidak tahan lama karena memang tidak ada riset laboratorium untuk meneliti dan menghilangkan tengik tersebut. Packing minyak kalettek yang menggunakan botol bekas air mineral membuat minyak kalettek tidak menarik dan semakin memperburuk situasi. Semuanya berjalan alamiah dan berjalan sendiri tanpa pendampingan baik dari pemerintah maupun dari swasta.

Di tengah tantangan yang dihadapi industri minyak kalettek ini, terdapat peluang besar untuk membangkitkan kembali industri minyak kaletek dan memberdayakan wirausaha generasi muda. Karena produksi minyak kalettek di Gapura Timur tetap ada dan bahan bakunya (buah kelapa) merupakan tanaman pokok di daerah tersebut. Minyak kalettek terus ikut menciptakan lapangan pekerjaan meskipun skala home Industry sebagai produk lokal.

Share This Article
Leave a comment