Puasa : Sehat Jasmani, Sehat Rohani dan Sehat Keuangan

Moh. Luthfi
8 Min Read
a group of people standing around a table filled with food
Photo by Aditya Nara on Unsplash

Puasa adalah momentum terbaik dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Dalam literatur ekonomi, kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani harus dipenuhi secara seimbang. Artinya jika ingin melakukan kegiatan ekonomi yang produktif, sehat jasmani dan rohani adalah syarat utama.

Di samping itu, ada banyak keluhan di bulan suci yang dihadapi masyarakat ketika keuangan kita minus. Sehingga solusi yang dipakai adalah pembiayaan ke lembaga keuangan. Alih alih memperoh ketenangan malah justru tambah ruwet dikemudian hari. Sehingga sehat secara keuangan dibutuhkan karena dapat membantu ibadah puasa menjadi khusyu’.

Tulisan ini adalah anti tesis dari puasa yang banyak beribadah tetapi konsumtif.

Sehat Jasmani

Dalam memenuhi kebutuhan jasmani, puasa membuat tubuh menjadi sehat karena kita bisa makan secara teratur. Apalagi anjurannya makanan yang menjadi menu buka dan sahur harus bergizi agar tubuh menjadi fit dan tidak mudah sakit.

Makanan bergizi tidak harus mahal yang penting memenuhi standart 4 sehat 5 sempurna. Apalagi hidup di Desa, sayuran dan ikan laut sangat murah dan mudah di dapat.

Menjaga kesehatan jasmani di bulan puasa tidak hanya dengan makanan yg bergizi tetapi juga pola makan harus seimbang. Buka puasa jangan dijadikan pelampiasan nafsu makan. Tetapi harus diatur karena ada kewajiban shalat maghrib dan sunah tarawih biar tidak kembung dan payah.

Dengan kesehatan jasmani, maka aktivitas manusia akan lebih produktif dan efektif. Kesehatan jasmani membuat manusia bekerja lebih keras dan lebih cerdas.

Sehat Rohani

Momentum untuk memenuhi kebutuhan rohani adalah saat bulan puasa. Situasi dan waktunya mendukung untuk meningkatkan kecerdasan spiritual baik secara vertikal maupun secara horizontal.

Secara vertikal, bulan puasa banyak ibadah yang perlu dilakukan dengan imbalan pahala yang berlipat ganda. Secara horizontal, bulan puasa dijadikan momentum untuk berbagi dengan anak yatim dan fakir miskin.

Kesehatan rohani sangat membantu dalam membangun kematangan mental manusia. Ini menjadi fungsi utama dalam melakukan aktifitas secara produktif dan kreatif. Tanpa attitude dan soft skill maka kinerja seseorang akan menurun.

Jadi, bulan puasa seharusnya dapat melakukan kegiatan ekonomi secara produktif, kreatif dan inovatif karena didukung dengan keseimbangan kesehatan jasmani dan rohani, kematangan fisik dan non fisik.

Sehat Keuangan

Sehat jasmani dan rohani adalah fondasi dasar untuk melakukan aktivitas ekonomi yang menghasilkan pendapatan. Dari pendapatan kita bisa mengatur keuangan baik set alokasi konsumsi, tabungan atau infaq shodaqah.

Dalam merencanakan keuangan, cash flow harus postif. Aliran uang kita sama seperti aliran darah. Kalau aliran darah berhenti di otak akan menyebabkan stroke dan bila tersendat dI jantung menyebabkan serangan jantung.

Begitu juga aliran keuangan, kalau terlalu diam di kelebihan stock barang maka uang kurang mengalir, bila terlalu banyak di piutang juga kurang lancar cash flow kita. Cash flow in harus lebih besar dari cash flow out.

Bagaimana di bulan ramadlan agar keuangan kita sehat?

Perencanaan keuangan

Dalam perencanaan keuangan, yang harus diperhatikan pertama kali adalah mengetahui aset dan kewajiban yang kita miliki. Asset ini yang paling penting adalah aset lancar seperti uang tunai atau aset yang mudah dicairkan dengan uang seperti emas.

Dalam melihat aset lancar, kita akan mendapatkan manfaat kalau mulai sejak awal sebelum puasa kita biasa menabung dan investasi. Termasuk juga melakukan belanja berdasarkan asas kemanfaatan dan kepantasan bukan konsumerisme.

Setelah aset, kita juga harus mengetahui jumlah kewajiban (utang) yang kita miliki. Dengan mengetahui aset dan kewajiban yang kita miliki maka kita akan lebih mudah dalam merencanakan keuangan seperti berapa pendapatan yang diperlukan untuk membayar kewajiban dan berapa angka yang harus dikeluarkan untuk belanja.

Sumber dan nominal pendapatan

Ada 4 (empat) pendapatan yang biasa diperoleh yaitu gaji atau upah, pendapatan sewa, bunga, dan profit. Pilih pendapatan kamu bersumber dari apa?

Jika pendapatan kamu dari gaji, pastikan berapa gaji pokok dan THR (gaji ke 13)? Jika Pendapatan kamu dari profit, pastikan berapa laba/rugi yang diperoleh dari bisnis yang kamu jalankan? Intinya dari mana sumber pendapatan tersebut dan berapa nominalnya?.

Kalau angka nominalnya tidak cukup dari satu sumber maka bukalah sumber yang lain. Contoh kalau dari gaji tipis maka bisa ditambah dengan profit sebagai usaha sampingan keluarga. Tapi jangan sampai menukar pendapatan dengan kejujuran dan kesehatan.

Bahkan puasa dapat dijadikan momentum untuk mendapatkan tambahan penghasilan seperti usaha takjil, fashion, kurma dan kebutuhan yang biasa digunakan orang di bulan ramadlan.

Kalau pendapatan masih kurang maka jalan yang perlu dilakukan adalah mengurangi nilai belanja. Gunakan struktur skala prioritas, mana kebutuhan primer mana yang sekunder? Jangan menggunakan utang sebagai solusi nanti bisa mengurangi aset kita dibulan bulan berikutnya.

Dari mana pengurangan aset tersebut? Pertama, ketika berhutang untuk konsumsi maka jelas laba bulan berikutnya akan terkuras untuk membayar cicilan sehingga tidak ada alokasi untuk tabungan dan investasi.

Kedua, barang yang kita beli dari hasil hutang tidak akan bernilai ketika dijual kembali. Bahkan untuk barang yang habis pakai maka tidak akan berubah menjadi barang bernilai lagi. Inilah alasan kenapa hutang konsumtif sangat bahaya untuk cash flow kita.

Set Alokasi keuangan

Jika pendapatan sudah diketahui sumber dan nominalnya, maka langkah strategisnya adalah set alokasi keuangan. Gunakan pendapatan tersebut ke 4 (empat) set alokasi, yaitu tabungan, investasi, amal, dan konsumsi.

10% dari pendapatan tetap digunakan untuk tabungan sebagai dana darurat untuk berjaga-jaga. 20% digunakan untuk investasi karena bulan puasa ada banyak kesempatan untuk investasi. 5% untuk amal karena bulan puasa, amal akan dilipatgandakan. Sisanya digunakan untuk konsumsi. Kalau memiliki cicilan kurangi persentasi untuk investasi kalau masih belum cukup, kurangi dana untuk tabungan.

Set alokasi ini untuk membiasakan hidup kita cerdas secara keuangan berdasarkan literasi keuangan. Ketika kita mampu mengendalikan uang dengan rapi maka kesejahteraan akan tercapai. Waktu bisa kita kendalikan bukan waktu yang memaksa kita.

Hindari gaya hidup

Fenomena gaya hidup di bulan ramadhan memang di luar batas. Bahkan tidak jarang orang melakukan hutang konsumtif untuk memenuhi gaya hidup.

Gaya hidup adalah racun untuk melakukan kemiskinan secara pelan-pelan. Berapapun pendapatan anda kalau gaya hidup menjadi prioritas maka tidak akan cukup. Tetapi sekecil apapun penghasilan kita, kalau hdup sederhana pasti kita menemukan kebahagian.

Hindari gaya hidup dan lakukan konsumsi berdasarkan asas kemanfaatan dan kepantasan. Lebih-lebih hindari hutang konsumtif untuk gaya hidup. Orang dinilai berdasarkan nilai manfaatnya untuk orang lain bukan gaya hidupnya.

Puasa tahun ini harus mampu membuat hidup kita lebih bahagia dan penuh berkah. Salah satu indikasi kebahagiaan yang penuh berkah adalah puasa membentuk pribadi yang sehat secara jasmani, sehat secara rohani dan sehat secara keuangan. Memang tidak mudah tetapi harus dicoba.

Share This Article